Senin, 21 Maret 2011

Nama : Rista Lestari A11000573
Nama : Megawati S A11000574
Nama : Juni Prayitno A11000575
Nama : Januar Widiyanto A11000576

STRUKTUR DAN PERANAN BAGIAN –BAGIAN SEL
Sel merupakan unit organisasi terkecil yang menjadi dasar kehidupan dalam arti biologis. Semua fungsi kehidupan diatur dan berlangsung di dalam sel. Karena itulah, sel dapat berfungsi secara autonom asalkan seluruh kebutuhan hidupnya terpenuhi.
Semua organisme selular terbagi ke dalam dua golongan besar berdasarkan arsitektur basal dari selnya, yaitu organisme prokariota dan organisme eukariota.
Organisme prokariota tidak memiliki inti sel dan mempunyai organisasi internal sel yang relatif lebih sederhana. Prokariota terbagi menjadi dua kelompok yang besar: eubakteria yang meliputi hampir seluruh jenis bakteri, dan archaea, kelompok prokariota yang sangat mirip dengan bakteri dan berkembang-biak di lingkungan yang ekstrim seperti sumber air panas yang bersifat asam atau air yang mengandung kadar garam yang sangat tinggi. Genom prokariota terdiri dari kromosom tunggal yang melingkar, tanpa organisasi DNA.
Organisme eukariota memiliki organisasi intraselular yang jauh lebih kompleks, antara lain dengan membran internal, organel yang memiliki membran tersendiri seperti inti sel dan sitoskeleton yang sangat terstruktur. Sel eukariota memiliki beberapa kromosom linear di dalam nuklei, di dalamnya terdapat sederet molekul DNA yang sangat panjang yang terbagi dalam paket-paket yang dipisahkan oleh histon dan protein yang lain.
Jika panjang DNA diberi notasi C dan jumlah kromosom dalam genom diberi notasi n, maka notasi 2nC menunjukkan genom sel diploid, 1nC menunjukkan genom sel haploid, 3nC menunjukkan genom sel triploid, 4nC menunjukkan genom sel tetraploid. Pada manusia, C = 3,5 × 10-12 g, dengan n = 23, sehingga genom manusia dirumuskan menjadi 2 x 23 x 3,5 × 10-12, karena sel eukariota manusia memiliki genom diploid.
Sejenis sel diploid yaitu sel nutfah dapat terdiferensiasi menjadi sel gamet haploid. Genom sel gamet pada manusia memiliki 23 kromosom, 22 diantaranya merupakan otosom, sisanya merupakan kromosom genital. Pada oosit, kromosom genital senantiasa memiliki notasi X, sedangkan pada spermatosit, kromosom dapat berupa X maupun Y. Setelah terjadi fertilisasi antara kedua sel gamet yang berbeda kromosom genitalnya, terbentuklah sebuah zigot diploid. Notasi genom yang digunakan untuk zigot adalah 46,XX atau 46,XY.
Pada umumnya sel somatik merupakan sel diploid, namun terdapat beberapa perkecualian, antara lain: sel darah merah dan keratinosit memiliki genom nuliploid. Hepatosit bergenom tetraploid 4nC, sedang megakariosit pada sumsum tulang belakang memiliki genom poliploid hingga 8nC, 16nC atau 32nC dan dapat melakukan proliferasi hingga menghasilkan ribuan sel nuliploid. Banyaknya ploidi pada sel terjadi sebagai akibat dari replikasi DNA yang tidak disertai pembelahan sel, yang lazim disebut sebagai endomitosis.
Di dalam tubuh manusia, telah dikenali sekitar 210 jenis sel. Sebagaimana organisme multiselular lainnya, kehidupan manusia juga dimulai dari sebuah sel embrio diploid hasil dari fusi haploid oosit dan spermatosit yang kemudian mengalami serangkaian mitosis. Pada tahap awal, sel-sel embrio bersifat totipoten, setiap sel memiliki kapasitas untuk terdiferensiasi menjadi salah satu dari seluruh jenis sel tubuh. Selang berjalannya tahap perkembangan, kapasitas diferensiasi menjadi menurun menjadi pluripoten, hingga menjadi sel progenitor yang hanya memiliki kapasitas untuk terdiferensiasi menjadi satu jenis sel saja, dengan kapasitas unipoten.
Pada level molekular, perkembangan sel dikendalikan melalui suatu proses pembelahan sel, diferensiasi sel, morfogenesis dan apoptosis. Tiap proses, pada awalnya, diaktivasi secara genetik, sebelum sel tersebut dapat menerima sinyal mitogenik dari lingkungan di luar sel.
Proses pembelahan sel
Siklus sel adalah proses duplikasi secara akurat untuk menghasilkan jumlah DNA kromosom yang cukup banyak dan mendukung segregasi untuk menghasilkan dua sel anakan yang identik secara genetik. Proses ini berlangsung terus-menerus dan berulang (siklik)
Pertumbuhan dan perkembangan sel tidak lepas dari siklus kehidupan yang dialami sel untuk tetap bertahan hidup. Siklus ini mengatur pertumbuhan sel dengan meregulasi waktu pembelahan dan mengatur perkembangan sel dengan mengatur jumlah ekspresi atau translasi gen pada masing-masing sel yang menentukan diferensiasinya.
Fase pada siklus sel
1. Fasa S (sintesis): Tahap terjadinya replikasi DNA
2. Fasa M (mitosis): Tahap terjadinya pembelahan sel (baik pembelahan biner atau pembentukan tunas)
3. Fasa G (gap): Tahap pertumbuhan bagi sel.
1. Fasa G0, sel yang baru saja mengalami pembelahan berada dalam keadaan diam atau sel tidak melakukan pertumbuhan maupun perkembangan. Kondisi ini sangat bergantung pada sinyal atau rangsangan baik dari luar atau dalam sel. Umum terjadi dan beberapa tidak melanjutkan pertumbuhan (dorman) dan mati.
2. Fasa G1, sel eukariot mendapatkan sinyal untuk tumbuh, antara sitokinesis dan sintesis.
3. Fasa G2, pertumbuhan sel eukariot antara sintesis dan mitosis.
Fasa tersebut berlangsung dengan urutan S > G2 > M > G0 > G1 > kembali ke S. Dalam konteks Mitosis, fase G dan S disebut sebagai Interfase.
Diferensiasi sel
Regenerasi sel adalah proses pertumbuhan dan perkembangan sel yang bertujuan untuk mengisi ruang tertentu pada jaringan atau memperbaiki bagian yang rusak.
Diferensiasi sel adalah proses pematangan suatu sel menjadi sel yang spesifik dan fungsional, terletak pada posisi tertentu di dalam jaringan, dan mendukung fisiologis hewan. Misalnya, sebuah stem cell mampu berdiferensiasi menjadi sel kulit.
Saat sebuah sel tunggal, yaitu sel yang telah dibuahi, mengalami pembelahan berulang kali dan menghasilkan pola akhir dengan keakuratan dan kompleksitas yang spektakuler, sel itu telah mengalami regenerasi dan diferensiasi.
Regenerasi dan diferensiasi sel hewan ditentukan oleh genom. Genom yang identik terdapat pada setiap sel, namun mengekspresikan set gen yang berbeda, bergantung pada jumlah gen yang diekspresikan. Misalnya, pada sel retina mata, tentu gen penyandi karakteristik penangkap cahaya terdapat dalam jumlah yang jauh lebih banyak daripada ekspresi gen indera lainnya.

Morfogenesis
Pengekspresian gen itu sendiri mempengaruhi jumlah sel, jenis sel, interaksi sel, bahkan lokasi sel. Oleh karena itu, sel hewan memiliki 4 proses esensial pengkonstruksian embrio yang diatur oleh ekspresi gen, sebagai berikut:
Proliferasi sel
menghasilkan banyak sel dari satu sel
Spesialisasi sel
menciptakan sel dengan karakteristik berbeda pada posisi yang berbeda
Interaksi sel
mengkoordinasi perilaku sebuah sel dengan sel tetangganya
Pergerakan sel
menyusun sel untuk membentuk struktur jaringan dan organ
Pada embrio yang berkembang, keempat proses ini berlangsung bersamaan. Tidak ada badan pengatur khusus untuk proses ini. Setiap sel dari jutaan sel embrio harus membuat keputusannya masing-masing, menurut jumlah kopi instruksi genetik dan kondisi khusus masing-masing sel.
Sel tubuh, seperti otot, saraf, dsb. tetap mempertahankan karakteristik karena masih mengingat sinyal yang diberikan oleh nenek moyangnya saat awal perkembangan embrio.
Apoptosis
Apoptosis merupakan bagian dari perkembangan sel, sel tidak dapat mati begitu saja tanpa suatu mekanisme yang tertanam di dalam sel, yang dapat diaktivasi oleh sinyal internal maupun eksternal.
Struktur sel
Sel eukariota, Secara umum setiap sel memiliki
• membran sel,
• sitoplasma, dan
• inti sel atau nukleus.
Sitoplasma dan inti sel bersama-sama disebut sebagai protoplasma. Sitoplasma berwujud cairan kental (sitosol) yang di dalamnya terdapat berbagai organel yang memiliki fungsi yang terorganisasi untuk mendukung kehidupan sel. Organel memiliki struktur terpisah dari sitosol dan merupakan "kompartementasi" di dalam sel, sehingga memungkinkan terjadinya reaksi yang tidak mungkin berlangsung di sitosol. Sitoplasma juga didukung oleh jaringan kerangka yang mendukung bentuk sitoplasma sehingga tidak mudah berubah bentuk.
Organel-organel yang ditemukan pada sitoplasma adalah
• mitokondria (kondriosom)
• badan Golgi (diktiosom)
• retikulum endoplasma
• plastida (khusus tumbuhan, mencakup leukoplas, kloroplas, dan kromoplas)
• vakuola (khusus tumbuhan)
Sel prokariota
Sel tumbuhan dan sel bakteri memiliki lapisan di luar membran yang dikenal sebagai dinding sel. Dinding sel bersifat tidak elastis dan membatasi perubahan ukuran sel. Keberadaan dinding sel juga menyebabkan terbentuknya ruang antarsel, yang pada tumbuhan menjadi bagian penting dari transportasi hara dan mineral di dalam tubuh tumbuhan.
Sel-sel khusus
• Sel Tidak Berinti, contohnya trombosit dan eritrosit (Sel darah merah). Di dalam sel darah merah, terdapat hemoglobin sebagai pengganti nukleus (inti sel).
• Sel Berinti Banyak, contohnya Paramecium sp dan sel otot
• Sel hewan berklorofil, contohnya euglena sp. Euglena sp adalah hewan uniseluler berklorofil.
• Sel pendukung, contohnya adalah sel xilem. Sel xilem akan mati dan meninggalkan dinding sel sebagai "tulang" dan saluran air. Kedua ini sangatlah membantu dalam proses transpirasi pada tumbuhan.





Dari pengertian tentang sel, sudah mendapatkan sedikit gambaran yang jelas tentang sel. Walaupun sel merupakan bagian terkecil dari makhluk hidup, tetapi sel masih memiliki bagian-bagian lebih kecil lagi yang menyusunnya. Di situlah terjadinya segala aktivitas di dalam sel. Bagian sel tersebut dinamakan organela. Jenis organela-organela tersebut bermacam-macam dan masing-masing memiliki karakteristik dan fungsi yang berbeda-beda.



1. Membran Sel
Membran sel berupa selaput tipis, disebut juga plasmalema. Tebal membran antara 5-10 nm. Apabila diamati dengan mikroskop cahaya tidak terlihat jelas, tetapi keberadaannya dapat dibuktikan pada waktu sel mengalami plasmolisis S. Singer dan E.Nicolson (1972) menyampaikan teori tentang membran sel. Teori ini disebut teori membran mozaik cair, yang menjelaskan bahwa membran sel terdiri atas protein yang tersusun seperti mozaik (tersebar) dan masing-masing tersisip di antara dua lapis fosfolipid. Membran sel merupakan bagian terluar sel dan tersusun secara berlapislapis. Bahan penyusun membran sel yaitu lipoprotein yang merupakan gabungan antara lemak dan protein. Membran sel mengandung kira-kira 50% lipid dan 50% protein. Lipid yang menyusun membran sel terdiri atas fosfolipid dan sterol. Fosfolipid memiliki bentuk tidak simetris dan berukuran panjang. Salah satu ujung fosfolipid bersifat mudah larut dalam air (hidrofilik), yang disebut dengan ujung polar. Bagian sterol bersifat tidak larut dalam air (hidrofobik) yang disebut dengan ujung nonpolar. Fosfolipid tersusun atas dua lapis. Dalam hal ini protein dibedakan menjadi 2 sebagai berikut.

a. Protein Ekstrinsik (Perifer)
Protein ini letaknya tersembul di antara dua lapis fosfolipid. Protein ekstrinsik bergabung dengan permukaan luar membran dan bersifat hidrofilik yaitu mudah larut dalam air.

b. Protein Intrinsik (Integral)
Protein ini letaknya tenggelam di antara dua lapis fosfolipid. Protein intrinsik bergabung dengan membran dalam dan bersifat hidrofobik yaitu tidak mudah larut dalam air. Penyusun membran sel yang berupa karbohidrat berikatan dengan molekul protein yang bersifat hidrofilik sehingga disebut dengan glikoprotein. Adapun karbohidrat yang berikatan dengan lipid yang bersifat hirofilik disebut dengan glikopolid. Sifat dari membran sel ini adalah selektif permiabel artinya adalah dapat dilalui oleh air dan zat-zat tertentu yang terlarut di dalamnya. Membran sel memiliki fungsi antara lain: http://www.sentra-edukasi.com/2010/04/struktur-dan-peranan-bagian-bagian-sel.html
a. sebagai pelindung sel,
b. mengendalikan pertukaran zat, dan
c. tempat terjadinya reaksi kimia.

Untuk menunjang fungsinya ini, membran sel memiliki kemampuan untuk mengenali zat. Zat yang dibutuhkan akan diizinkan masuk, sedangkan zat yang sudah tidak digunakan berupa sampah akan dibuang. Ada juga zat tertentu yang dikeluarkan untuk diekspor ke sel lain. Masuknya zat dari luar melalui membran sel yaitu melalui peristiwa transpor pasif dan transpor aktif. Agar lebih jelas memahami struktur membran sel, coba Anda
perhatikan Gambar 1.5!



2. Inti Sel (Nukleus)
Nukleus merupakan organ terbesar sel, dengan ukuran diameter antara 10-20 nm. Nukleus memiliki bentuk bulat atau lonjong. Hampir semua sel memiliki nukleus, karena nukleus ini berperan penting dalam aktivitas sel, terutama dalam melakukan sintesis protein. Namun ada beberapa sel yang tidak memiliki nukleus antara lain sel eritrosit dan sel trombosit. Pada kedua sel ini aktivitas metabolisme terbatas dan tidak dapat melakukan pembelahan. Biasanya sebuah sel hanya memiliki satu nukleus saja, yang terletak di tengah. Namun ada sel-sel yang memiliki inti lebih dari satu yaitu pada sel parenkim hati dan sel otot jantung, yang memiliki dua buah nukleus. Adapun pada sel otot rangka terdapat banyak nukleus. Komposisi nukleus terdiri atas membran nukleus, matriks, dan anak inti.

a. Membran Nukleus (Karioteka)
Susunan molekul membran ini sama dengan susunan molekul membran sel, yaitu berupa lipoprotein. Membran inti juga dilengkapi dengan poripori yang dapat memungkinkan hubungan antara nukleoplasma dan sitoplasma. Pori-pori ini berperan dalam memindahkan materi antara inti sel dan sitoplasmanya. Membran inti hanya bisa dilihat dengan jelas dengan menggunakan mikroskop elektron. Membran inti terdiri atas dua selaput yaitu selaput luar dan selaput dalam. Selaput luar mengandung ribosom pada sisi yang menghadap sitoplasma dan sering kali berhubungan dengan membran retikulum endoplasma.

b. Matriks (Nukleoplasma)
Nukleoplasma terdiri atas cairan inti yang tersusun dari zat protein inti yang disebut dengan nukleoprotein.

c. Anak Inti (Nukleolus)
Di dalam nukleolus banyak terkandung kromosom, yaitu benang-benang halus DNA. Kromosom tersebut berfungsi untuk:
1) menentukan ciri-ciri yang dimiliki sel;
2) mengatur bentuk sel;
3) menentukan generasi selanjutnya.

DNA tersusun dalam kromosom yang terdapat pada nukleoplasma, sedangkan tempat sintesis RNA terjadi pada nukleolus. Untuk lebih memahami tentang struktur nukleus dapat Anda lihat


3. Sitoplasma
Sitoplasma merupakan suatu cairan sel dan segala sesuatu yang larut di dalamnya, kecuali nukleus (inti sel) dan organela. Sitoplasma yang berada di dalam inti sel disebut nukleoplasma. Sitoplasma bersifat koloid kompleks, yaitu tidak padat dan tidak cair. Sifat koloid sitoplasma ini dapat berubahubah tergantung kandungan air. Jika konsentrasi air tinggi maka koloid akan bersifat encer yang disebut dengan sol, sedangkan jika konsentrasi air rendah maka koloid bersifat padat lembek yang disebut dengan gel. Sitoplasma tersusun atas air yang di dalamnya terlarut molekul-molekul kecil (mikromolekul) dan molekul-molekul besar (makromolekul), ion-ion dan bahan hidup (organela) ukuran partikel terlarut yaitu 0,001 – 1 mikron, dan bersifat transparan. Bagian yang merupakan lingkungan dalam sel adalah matrik sitoplasma. Tiap-tiap organela mempunyai struktur dan fungsi khusus. Organela yang menyusun sitoplasma adalah sebagai berikut.


a. Mitokondria
Mitokondria merupakan organela penghasil energi dalam suatu sel. Mitokondria memiliki bentuk bulat tongkat dan berukuran panjang antara 0,2-5 mikrometer dengan diameter 0,5 mikrometer. Dengan bantuan mikroskop cahaya, keberadaan mitokondria dapat terlihat, tetapi untuk dapat melihat struktur dasarnya harus menggunakan mikroskop elektron. Mitokondria disusun oleh bahan-bahan antara lain fosfolipid dan protein. Mitokondria mempunyai dua lapisan membran, yaitu membran luar dan membran dalam. Permukaan pada membran luar halus, sedangkan pada membran dalam banyak terdapat lekukan-lekukan ke dalam yang disebut krista. Adanya lekukan-lekukan ini akan dapat memperluas bidang permukaannya. Krista berperan dalam penyerapan oksigen untuk respirasi. Gambar 1.6 Nukleus


Dari proses respirasi inilah dapat dihasilkan energi. Jadi, mitokondria berfungsi untuk tempat respirasi sel atau sebagai pembangkit energi. Mitokondria mempunyai enzim yang dapat mengubah energi potensial dari makanan kemudian disimpan dalam bentuk ATP. ATP inilah yang merupakan sumber energi sebagai bahan bakar untuk melakukan proses kegiatan untuk hidup. Sel-sel mana saja yang banyak terdapat mitokondria pada tubuh manusia? Tentu saja sel-sel yang banyak melakukan aktivitas kerja. Pada bagian organ mana dalam tubuh Anda yang paling aktif dan giat bekerja? Misalnya jika seorang olahragawan melakukan aktivitas berolahraga, maka bagian tubuh yang paling aktif bekerja adalah otot. Otot akan selalu berkontraksi ketika seseorang bergerak. Bahkan, ketika Anda tidur pun sel selalu melakukan pemecahan ATP. Coba analisalah kegunaan ATP ketika kita dalam keadaan tidur. Kegunaan ATP yaitu sebagai energi yang digunakan untuk mengganti sel-sel yang rusak, untuk memompa jantung, dan lainlain. Mitokondria banyak terdapat pada bagian tubuh antara lain otot, hati, jantung, ginjal, karena bagian tubuh tersebut paling aktif melakukan kerja dan menghasilkan energi. Struktur mitokondria dapat dilihat pada Gambar 1.7.



b. Retikulum Endoplasma
Untuk memahami struktur retikulum endoplasma, perhatikan Gambar 1.8!


Retikulum endoplasma merupakan sistem yang sangat luas, membran di dalam sel berupa saluran-saluran dan tabung pipih. Membran ini lebih tipis dari membran plasma. Komposisi kimia tersusun atas lipoprotein. Retikulum endoplasma ada dua macam, yaitu retikulum endoplasma kasar dan retikulum endoplasma halus.

1) Retikulum Endoplasma Kasar (REK)
Retikulum endoplasma kasar ditempeli dengan ribosom yang tersebar merata pada permukaannya. Ribosom merupakan tempat sintesis protein. Protein yang sudah terbentuk kemudian akan diangkut ke bagian dalam retikulum endoplasma, dan kemudian disimpan di dalam membran yang berkantong yang disebut vesikula.

2) Retikulum Endoplasma Halus (REH)
Retikulum endoplasma halus tidak ditempeli oleh ribosom. Permukaan REH ini menghasilkan enzim yang dapat mensintesis fosfolipid, glikolipid, dan steroid. Jadi, secara umum fungsi retikulum endoplasma antara lain:
1) penghubung selaput luar inti dengan sitoplasma, sehingga menjadi penghubung materi genetik antara inti sel dengan sitoplasma;
2) transpor protein yang disintesis dalam ribosom; dan
3) biosintesis fosfolipid, glikolipid, dan sterol.

c. Ribosom
Ribosom merupakan struktur terkecil yang bergaris tengah 17-20 mikron, letaknya di dalam sitoplasma sehingga hanya bisa dilihat dengan bantuan mikroskop elektron. Semua sel hidup memiliki ribosom. Ribosom berfungsi untuk sintesis protein, yang selanjutnya digunakan untuk pertumbuhan, perkembangbiakan atau perbaikan sel yang rusak. Pada sel-sel yang aktif dalam sintesis protein, ribosom dapat berjumlah 25% dari bobot kering sel. Coba sebutkan pada bagian organ mana saja pada tubuh manusia yang paling banyak terdapat ribosom? Keberadaan ribosom secara acak tersebar di dalam sitoplasma, tetapi ada beberapa yang terikat pada membran retikulum endoplasma kasar (REK). Sel hati merupakan sel yang banyak mengandung ribosom, karena sel hati terlibat aktif dalam melakukan sintesis protein.

d. Badan Golgi
Coba Anda perhatikan Gambar 1.9! Gambar itu menunjukkan badan golgi. Perhatikan strukturnya!


Organela ini ditemukan pertama kali oleh Camilio Golgi, seorang ilmuwan dari Italia. Badan golgi biasa dijumpai pada sel tumbuhan maupun hewan. Pada sel hewan terdapat 10-20 badan golgi. Lain halnya dengan tumbuhan yang memiliki ratusan badan golgi pada setiap sel. Badan golgi terdiri atas sekelompok kantong pipih yang dibatasi membran yang dinamakan saccula. Di dekat saccula terdapat vesikel sekretori yang berupa gelembung bulat. Badan golgi pada tumbuhan disebut dengan diktiosom. Pada diktiosom terjadi pembuatan polisakarida dalam bentuk selulosa yang digunakan sebagai bahan penyusun dinding sel. Secara umum fungsi dari badan golgi antara lain:
1) secara aktif terlibat dalam proses sekresi, terutama pada sel-sel kelenjar;
2) membentuk dinding sel pada tumbuhan;
3) menghasilkan lisosom;
4) membentuk akrosom pada spermatozoa yang berisi enzim untuk memecah dinding sel telur.

e. Lisosom
Lisosom hanya ditemukan pada sel hewan saja. Lisosom merupakan struktur agak bulat yang dibatasi membran tunggal, memiliki ukuran diameter 1,5 mikron. Lisosom berperan aktif melakukan fungsi imunitas. Lisosom berisi enzim-enzim hidrolitik untuk memecah polisakarida, lipid, fosfolipid, dan protein. Lisosom berperan dalam pencernaan intrasel, misalnya pada protozoa atau sel darah putih. Lisosom juga berperan penting dalam matinya sel-sel. Lisosom banyak terdapat pada sel-sel darah terutama leukosit, limfosit, dan monosit. Di dalam sel-sel tersebut lisosom berperan mensintesis enzim-enzim hidrolitik untuk mencernakan bakteri-bakteri patogen yang menyerang tubuh. Agar dapat memahami struktur lisosom. Lisosom membantu menghancurkan sel yang luka atau mati dan menggantikan dengan yang baru yang disebut dengan autofagus. Contohnya lisosom banyak terdapat pada sel-sel ekor kecebong. Ekor kecebong secara bertahap akan diserap dan mati. Hasil penghancurannya digunakan untuk pertumbuhan sel-sel baru bagi katak yang sedang dalam masa pertumbuhan. Begitu pula selaput antara jari-jari tangan dan kaki manusia ketika berujud embrio akan hilang setelah embrio tersebut lahir.

f. Sentrosom
Sentrosom hanya dijumpai pada sel hewan. Bentuk sentrosom bulat kecil. Organela ini terdapat di dekat inti, berperan dalam proses pembelahan sel. Sentrosom menyerupai bola-bola duri karena adanya serat-serat radial.

g. Vakuola
Vakuola ialah organela sitoplasmik yang berisi cairan dan dibatasi selaput tipis yang disebut tonoplas. Vakuola berbentuk cairan yang di dalamnya terlarut berbagai zat seperti enzim, lipid, alkaloid, garam mineral, asam, dan basa. Pada sel tumbuhan, vakuola selalu ada. Semakin tua suatu tumbuhan, maka vakuola yang terbentuk semakin besar. Vakuola berperan untuk menyimpan zat makanan berupa sukrosa dan garam mineral, selain juga berfungsi sebagai tempat penimbunan sisa metabolisme, seperti getah pada batang tumbuhan karet. Untuk memahami struktur vakuola pada tumbuhan Anda dapat melihat Gambar 1.11!

Vakuola juga terdapat pada protozoa. Vakuola protozoa berupa vakuola kontraktil dan vakuola nonkontraktil.

1)Vakuola kontraktil
Vakuola kontraktil disebut juga vakuola berdenyut. Vakuola kontraktil memiliki fungsi sebagai osmoregulator yaitu mengatur nilai osmotik dalam sel.

2) Vakuola nonkontraktil
Vakuola nonkontraktil disebut juga vakuola makanan, yang berfungsi untuk mencerna makanan dan mengedarkan hasil pencernaan makanan ke seluruh tubuh.

h. Plastida
Plastida juga merupakan organela spesifik yang terdapat pada sel tumbuhan. Di dalam plastida terdapat zat pigmen. Mekanisme kerja plastida sangat dipengaruhi oleh rangsang cahaya. Pada lingkungan yang banyak terdapat penyinaran matahari, maka plastida menghasilkan pigmen warna yang disebut kloroplas, antara lain pigmen hijau (klorofil), kuning (xantin), dan kuning kemerah-merahan (xantofil). Plastida yang tidak terkena cahaya matahari tidak akan menghasilkan pigmen warna yang disebut leukoplas atau amiloplas yaitu untuk tempat amilum.

i. Kloroplas
Pada sel tumbuhan ada bagian paling spesifik yang tidak terdapat pada sel hewan, yaitu bagian yang berperan dalam proses fotosintesis. Bagian manakah itu? Tentu Anda sudah mengetahui bahwa bagian yang dimaksud adalah klorofil. Klorofil dihasilkan oleh suatu struktur yang disebut kloroplas. Coba perhatikan tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitar lingkungan Anda! Bagaimanakah warna daun-daun tumbuhan tersebut? Kloroplas hanya terdapat dalam sel tumbuhan dan ganggang tertentu. Pada sel-sel tumbuhan, kloroplas berbentuk cakram dengan diameter 5-8 um dengan tebal 2-4 um. Kloroplas dapat dilihat pada Gambar 1.12!



Pada gambar tersebut terlihat bahwa kloroplas dibungkus oleh membran ganda, yaitu membran internal (dalam) dan membran eksternal (luar).

1) Membran Internal (Dalam)
Pada membran ini tidak terdapat lipatan (halus), dan terdapat banyak pigmen fotosintesis yang terletak pada thilakoid. Pigmen ini akan menangkap cahaya matahari dan mengubah energi cahaya ini menjadi energi kimia dalam bentuk ATP (Adenosin Trifosfat), melalui proses fotosintesis. Tumpukan dari beberapa thilakoid akan membentuk granum. Thilakoid yang memanjang menghubungkan granum satu dengan lainnya disebut stroma. Pigmen fotosintesis tersebut antara lain klorofil dan karotenoid.

a) Klorofil
Klorofil meliputi klorofil a dan b. Klorofil merupakan pigmen hijau untuk menangkap energi cahaya matahari, misalnya sinar merah, biru, ungu, dan
memantulkan sinar hijau.

b) Karotenoid
Karotenoid merupakan pigmen kuning sampai jingga. Karotenoid menyerap sinar gelombang antara hijau-biru.

2) Membran Eksternal (Luar)
Pada membran ekternal ini tidak mengandung klorofil maupun karotenoid, melainkan mengandung pigmen xanthofil yang disebut violaxanthin. Dari uraian di atas dapat kita ketahui bahwa di dalam sel yang masih hidup selalu terdapat unsur-unsur pokok seperti disebutkan di atas. Sel hidup masih selalu melakukan aktivitas tumbuh dan berkembang. Aktivitas ini dilakukan oleh bagian-bagian pokok sel tersebut. Coba Anda bayangkan jika sel tidak memiliki organela-organela seperti di atas, apakah yang akan terjadi? Tentunya kita tidak dapat tumbuh dan berkembang, tetapi perlu Anda ketahui bahwa pertumbuhan sel ini bersifat terarah dan terkendali. Contohnya sel-sel janin, ia tahu persis kapan harus membelah dan kapan harus berhenti, sehingga hanya ada 2 kaki, 2 tangan, 2 mata, 2 ginjal, bahkan jika kita perhatikan jari kelingking tidak lebih panjang dari jari manis dan sebagainya. Contoh tersebut menggambarkan pembelahan sel yang terarah dan terkendali.

Daftar Pustaka
http://www.sentra-edukasi.com/2010/04/struktur-dan-peranan-bagian-bagian-sel.html
dr. Tambayong, jan: 2001. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta : EGC

Jumat, 18 Maret 2011

MEDICAL TERMINOLOGI AND MEDICAL ESTEOLOGI

MEDICAL TERMINOLOGI AND MEDICAL ESTEOLOGI
Nama : Juni Prayitno
NIM : (A01000575)
Prodi : S1 Keperawatan


“MEDICAL TERMINOLOGI”
Medical terminology is a vocabulary for accurately describing the alien body and associated components, conditions, processes and process in a science-based manner. It is to be used in the medical and nursing fields. This systematic approach to word building and term comprehension is based on the concept of: (1) word roots, (2) prefixes, and (3) suffixes. The word root is a term derived from a source language such as Greek or Latin and usually describes a body part. The prefix can be added in front of the term to modify the word root by giving additional information about the location of an organ, the number of parts, or time involved. Suffixes are attached to the end of a word root to add meaning such as condition, disease process, or procedure.
List medical terms in the human body

Nowadays a lot of some medical terms in everyday conversation began to appear, the term the term is often called the call in terms of human body composition neighbor conversation ... .. These include:
Veins: Blood vessels which low oxygen levels in comparison with arteries
Artery: blood vessels which are rich in oxygen
Bradykardie: frequency heartrate<60.
Dyspnoe: It's hard to breathe .. free translation.
Sepsis: systemic inflammatory reaction (systemic inflammatory reaction) that can becaused by the invasion of bacteria, viruses, fungi or parasites.
Bronchitis: an infection in the bronchus ato Bronchien
Anemia: if the language of blood is less rough times yes ..
Auscultation: Physical examination of patients by way of hearing use a tool[stetoscope]
Bronchitis: an infection in the bronchus ato Bronchien
Bronchus: the main airways of the trachea (throat) into the lungs ²
Trachea: Roughly throat. started from the end of the mouth until the bronchus space
DNA: Deoxyribo Nucleic Acid [chromosom that became part of the blueprint for the specific qualities of genetics]

Ribonucleic acid (ribonucleic acid, RNA)
Molecular polinukleottida tuanggal strand, which respectively - each have a sub - the unit consists of a single nucleotide sugar ribose, a phosphate gugug, and one of the nitrogenous bases (adenine, guanine, cytosine, or uracil)


Bacteria (bacterium)
Single-celled microorganisms that do not have a true cell nucleus

Poligenik trait (polygenic trait)
Phenotypic trait that is influenced by several genes
Selfish DNA (DNA Selfish)
DNA showed behavior memeberikan served without benefit to the organism.
Complementary DNA (compelementary DNA / cDNA)
DNA generated from RNA template via transcription process behind
DNA ligase
An enzyme that mengatalisasi connecting end - the end of the molecule fragment - fragment of DNA
Recombinant DNA (recombinant DNA)
New DNA molecules that emerge from rekombinsai genetics.
Duplication (Duplication)
Genetic event that is generally caused by abnormal meiosis, in which genes or parts of chromosomes to form a second copy through several cellular mechanisms.
Effect of Lyon (Lyon effect)
The lack of inactivity in one of two X chromosomes in each female somatic cells of mammals.
Exon (exon)
Penyendi a gene segment
Electrophoresis (electrophoresis)
The movement of molecules - molecules such as proteins or electric bermutan nucleic acid through the media assistance (starch, agarose, acrylamide or genes) that electricity.
Enzyme (enzyme)
A protein that mengatalisasi certain chemical reactions.
Restriction enzymes (restriction enzyme)
Enzymes produced by bacteria splitting foreign DNA molecules at specific oligonucleotide recognition site. Restriction enzymes are used extensively in recombinant DNA technology.
Epigenetika (epigenetic)
The whole mechanism, the path of development, and social and other environmental influences that are used to form the genome of an organism.
Epitasis
Genetic situation in which two or more genes produces a rich interplay of phenotypes.
Eugenics (Eugenics)
Ideology or practice that seeks to improve Homosapiens by altering its genetic composition.
Eusosial (eusocial)
Social system, as in bees, wasps and ants, which is marked by cooperation in maintaining pembagia child and reproductive work, where individuals who work streril petrified of reproductive individuals within a colony.

Evolution (evolution)
Changes in genetic composition of populations over time.
Expressed sequence tag (EST)
Section sequence encoding an RNA genes identified from the beginning (beginning) it.
Fenokopi (phencopy)
Environmental conditions formation phenotype resembles the effects of genetic composition.
Gene (gene)
A basic pemarisan nature, usually in the form of nucleotide sequence that details the production of a polypeptide or other functional products, such as ribosomal RNA, but can also be addressed in the range of DNA whose function is unknown.
Homeotic genes (homeotic genes)
A gene that mengendalikankeseluruhan body design of organisms by affecting the fate of cell groups in the development.
Regulatory genes (regulatory genes)
Genes that have control over ekspersi opoerasional other genes.
Genealogy (genealogy)
Notes from the ancestral lineage through a family tree
Genotype (genotype)
Genetic composition of an individual organism that refers to a single gene or set of genes.
Guanine (guanine)
One of the four organic bass which usually make DNA.
Haploid
A common condition in germ cells, which carry one copy of each chromosome.
Hormone (hormone)
Organic compounds produced in certain parts of organisms and sent to the destination cell in the body, where its effect on the phenotype appears.
Chromosome (chromosome)
Such structure of yarn in the cells that carry the gene - the gene.
X Chromosome
Sex chromosome that usually appears in two copies in female mammals (homogamet sex), and one on dulikat male (heterogametic sex)
Y chromosome
In mammals, sex chromosomes which are usually owned by men - men.
Gene pool (gene pool)
The entire genetic material in a population or species.

Mitochondria (mitochondrion)
Organelles in the cytoplasm of cells that have their own DNA (mtDNA) and is home to a number of telibat metabolic pathway in the production of cellular enegi.
Retrovirus
Viral RNA transcripts that utilize back over his life cycle to merge with its host cell's DNA.
Cell (cell)
A life's smallest and wrapped membranes are capable of doing swareproduksi
Virus
Obligate intracellular parasite is very little that is not capable of replicating itself, namaun using the host cell replicative machinery nyauntuk replicate.
PS: but sometimes there is a term / abbreviation which is often in life people but notactually stated in medical terms / paramedis.
Ex: who actually AIDS SIDA, Hemel [Haematemesis melena, vomiting in barengidysentery].


“MEDICAL ESTEOLOGI”
Osteology is the scientific study of bones. A subdiscipline of anthropology and archeology, osteology is a detailed study of the structure of bones, skeletal elements, teeth, morphology, function, disease, pathology, the process of ossification (from cartilaginous molds), the resistance and hardness of bones (biophysics), etc. often used by scientists with identification of human remains with regard to age, death, sex, growth, and development in a biocultural context.The framework of the body is built upon a series of bones, supplemented in certain regions by cartilage; the bony part of the framework constitutes the skeleton.

The skeletal system serves several functions, among them are:
1. Protection and support:
The ribs protect the organs of the thorax and the skull protects the brain. The legs support the weight of the entire body. The vertebrae also support the upper body.

2. Movement:
Most skeletal muscles attach to the bones of the skeletal system and use them as leverage points for movement of the body.

3. Production of blood cells:
The bone marrow produces blood cells in a process known as hematopoiesis.

4. Storage:
"Yellow bone marrow" or adipose tissue stores fat in the medullary cavity of long bones. Bones can also be broken down to release inorganic calcium and phosphorus stored in the non cellular matrix of the bone.



















In the skeleton of the adult there are generally 206 distinct bones:
a. Axial Skeleton:
- Vertebral column: 26
- Skull: 22
- Hyoid bone: 1
- Ribs and sternum: 25
- Auditory ossicles: 6
Total: 80

b. Appendicular Skeleton:
- Upper extremities: 64
- Lower extremities: 62
Total: 126

Total: 206


Parts of the human body:























































1. Head
2. Neck
3. Trunk:
- Chest (Thorax)
- Stomach (Abdomen)
- Hip (Pelvis)
4. Upper Extremities:
- Arm and Forearm
- Wrist
5. Lower Extremities:
- Thigh
- Leg
- Foot


Types of Bones


Bones are divisible into four classes: Long, Short, Flat, and Irregular.




























1. Long Bones are found in the limbs and function as levers, they are longer than they are wide.

2. Short Bones transfer forces of movement and are cube shaped as in the carpus and tarsus.

3. Flat Bones are used for either extensive protection or the provision of broad surfaces for muscular attachment. The bones expand into broad, flat plates, as in the skull and the scapula.

4. Irregular Bones have peculiar forms, cannot be grouped under the preceding heads, and are used for muscle attachement and articulation. Some irregular bones include the vertebræ, sacrum and coccyx.

LONG BONE


Long bones consists of a body or shaft and two extremities. The body, or diaphysis is cylindrical, with a central cavity termed the medullary cavity. The wall consists of dense, compact tissue of considerable thickness in the middle part of the body, but becoming thinner toward the extremities. Within the medullary cavity is adipose tissue or "yellow bone marrow".

The extremities are refered to as the epiphysis. Within the epiphysis is the "spongy bone" also known as "red bone marrow". It is within this marrow that red blood cells are produced at an average rate of 2.5 million per second. Running horizontally across the spongy bone of this region is the Epiphyseal line which is a region of cell growth responsible for lateral bone growth during youth, when growth is complete this line calcifies and becomes known as the epiphyseal plate.

Nutrient foramen run through the compact bone and allow the passage of nutrients in and out of the bone. There is a thin outer layer of connective tissue called the PERIOSTEUM which is highly vascular and allows for muscle and tendon attachment, it is bound to the bone itself by PERFORATING FIBERS which are composed of collagen.

This layer does not cover the articulating regions of the bone. The bones belonging to this class include: the clavicle, humerus, radius, ulna, femur, tibia, fibula, metacarpals, metatarsals, and phalanges.

SHORT BONE


Short bones are generally equal in length, width, and thickness. They are found in the wrists and ankles. Aside from points of insertion and vascular areas, short bones are almost completely covered by articular surfaces.

FLAT BONE
These bones are composed of two thin layers of compact tissue enclosing between them a variable quantity of spongy bone. They generally offer protection, as is the case with the bones of the cranium and with the ribs and sternum. The flat bones are: the occipital, parietal, frontal, nasal, lacrimal, vomer, scapula, os coxæ (hip bone), sternum, ribs, and, according to some, the patella.

IRREGULAR BONE
The irregular bones are such as, from their peculiar form, cannot be grouped under the preceding heads. They consist of cancellous tissue enclosed within a thin layer of compact bone. The irregular bones are: the vertebræ, sacrum, coccyx, temporal, sphenoid, ethmoid, zygomatic, maxilla, mandible, palatine, inferior nasal concha, and hyoid.


Surfaces of Bones


If the surface of a bone be examined, certain eminences and depressions are seen. These eminences and depressions are of two kinds: articular and non-articular.

Well-marked examples of articular eminences are found in the heads of the humerus and femur; and of articular depressions in the glenoid cavity of the scapula, and the acetabulum of the hip bone.

Non-articular eminences are designated according to their form. Thus, a broad, rough, uneven elevation is called a tuberosity, protuberance, or process, a small, rough prominence, a tubercle; a sharp, slender pointed eminence, a spine; a narrow, rough elevation, running some way along the surface, a ridge, crest, or line. Non-articular depressions are also of variable form, and are described as fossæ, pits, depressions, grooves, furrows, fissures, notches, etc. These non-articular eminences and depressions serve to increase the extent of surface for the attachment of ligaments and muscles, and are usually well-marked in proportion to the muscularity of the subject. A short perforation is called a foramen, a longer passage a canal.


Structural classification of Joints
(according to how the bones are connected to each other)


There are three structural classifications of joints:
1. Fibrous joint - joined by fibrous connective tissue
2. Cartilaginous joint - joined by cartilage
3. Synovial joint - not directly joined

FIBROUS JOINT

























- Fibrous joints are connected by dense connective tissue, consisting mainly of collagen.
- Types of Fibrous joints: Sutures, Syndesmosis, and Gomphosis.
These joints are also called "fixed" or "immoveable" joints, because they do not move. These joints have no joint cavity and are connected via fibrous connective tissue. The skull bones are connected by fibrous joints.

a. Sutures are found between bones of the skull. In fetal skulls the sutures are wide to allow slight movement during birth. They later become rigid (synarthrodial).

b. Syndesmosis are found between long bones of the body, such as the radius and ulna in forearm and the fibula and tibia in leg. Unlike other fibrous joints, syndesmoses are moveable (amphiarthrodial), albeit not to such degree as synovial joints.

c.Gomphosis is a joint between the root of a tooth and the sockets in the maxilla or mandible.

CARTILAGINOUS JOINT


- Cartilaginous joints are connected entirely by cartilage (fibrocartilage or hyaline). Cartilaginous joints allow more movement between bones than a fibrous joint but less than the highly mobile synovial joint.
- An example would be the joint between the manubrium and the sternum. Cartilaginous joints also forms the growth regions of immature long bones and the intervertebral discs of the spinal column.
- Cartilaginous joints can be divided into 2 types: Primary cartilaginous joints and Secondary cartilaginous joints.

a. Primary cartilaginous joints
Known as "synchondroses". Bones are connected by hyaline cartilage or fibrocartilage, sometimes occurring between ossification centers. This cartilage may ossify with age.
Examples in humans are the "growth plates" between ossification centers in long bones. These joints here allow for only a little movement, such as in the spine or ribs.

b. Secondary cartilaginous joints
Known as "symphyses". Fibrocartilaginous joints, usually occurring in the midline.
Examples in human anatomy would be the manubriosternal joint (between the manubrium and the sternum), intervertebral discs, and the pubic symphysis.
Articulating bones at a symphysis are covered with hyaline cartilage and have a thick, fairly compressible pad of fibrocartilage between them.

SYNOVIAL JOINT




















- A Synovial joint, also known as a diarthrosis, is the most common and most movable type of joint in the body of a mammal. As with most other joints, synovial joints achieve movement at the point of contact of the articulating bones.
- Structural and functional differences distinguish synovial joints from cartilaginous joints (synchondroses and symphyses) and fibrous joints (sutures, gomphoses, and syndesmoses). The main structural differences between synovial and fibrous joints is the existence of capsules surrounding the articulating surfaces of a synovial joint and the presence of lubricating synovial fluid within that capsule (synovial cavity).
- There are seven types of synovial joints. Some are relatively immobile, but are more stable. Others have multiple degrees of freedom, but at the expense of greater risk of injury. In ascending order of mobility, they are:


a. Gliding joints (or planar joints): These joints allow only gliding or sliding movements. Example: The carpals of the wrist, acromioclavicular joint

b. Hinge joints: These joints act like a door hinge, allowing flexion and extension in just one plane. Example: The elbow (between the humerus and the ulna)

c. Pivot joints: One bone rotates about another. Example: Atlanto-axial joint, proximal radioulnar joint, and distal radioulnar joint

d. Condyloid joints (or ellipsoidal joints): A condyloid joint is where two bones fit together with an odd shape (e.g. an ellipse), and one bone is concave, the other convex. Some classifications make a distinction between condyloid and ellipsoid joints. Example: The wrist joint (radiocarpal joint)

e. Saddle joints: Saddle joints, which resemble a saddle, permit the same movements as the condyloid joints. Example: Carpometacarpal or Trapeziometacarpal Joint of thumb (between the metacarpal and carpal - the trapezium ) , sternoclavicular joint

f. Ball and socket joints: These allow a wide range of movement. Example: The shoulder(glenohumeral), and hip joints

g. Compound joints: Condylar joint(condyles of femur join with condyles of tibia) and Saddle joint(lower end of femur joins with patela). Example: The knee joint

Selasa, 01 Maret 2011

11 September 2010
Standar Asuhan Keperawatan
kata kunci yang berkaitan dengan standar asuhan keperawatan adalah standar asuhan keperawatan kesehatan jiwa, standar asuhan keperawatan depkes ri, standar asuhan keperawatan menurut depkes
STANDARD UNTUK PRAKTEK KEPERAWATAN
DEWI ELIZADIANI SUZA, SKp.
Program Studi Keperawatan
Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Keperawatan mempunyai sejarah pelayanan yang membanggakan bagi publik dan publik percaya akan keahlian perawat untuk memberikan asuhan keperawatan profisional. Tapi jika praktek tersebut tidak diproteksi, kepercayaan tersebut akan luntur. Bagaimana perawat sebagai suatu profesi dapat mempertahankan dan meningkatkan mutu asuhan keperawatan? Salah satu jawaban atas pertanyaan ini adalah adanya standar.
Standar mencerminkan visi untuk paraktek profesional. Ia tidak hanya merupakan identifikasi tugas-tugas atau langkah-langkah atau saran. Ia tidak dapat di salin dari buku dan dapat diterapkan oleh semua organisasi, kelompok perawat atau populasi pasien. Standar adalah kata-kata yang kita gunakan untuk menggambarkan fokus keperawatan profesional dalam setting tertentu. Ia mencerminkan kebutuhan yang unik dari sekelompok pasien dan percerminan kemampuan dan sumber daya staf profesional.
Standar menyajikan keiteria di nama praktak semua perawat (registered nurse) akan di ukur oleh,publik, klien, employer, kolega, anda perawat itu sendiri.Selain itu tujuan utama dari sebuah profesi adalah untuk meningkatkan dan mempertahankan praktak para anggotanya dan pada saat yang sama memperluas basis pengetahuanya yang terpisah dan berbeda dari profesi lain. Profesi keperawatan juga mempunyai sasaran yaitu berjalannya praktik keperawatan yang tepat dan aman yang di atur sendiri oleh perawat untuk kepentingan publik dan dicapai dengan mempertahankan praktik yang baik, mencengah pabrik yang buruk, dan melakukan intervensi bila paktik tidak direrima.
Defisi
Standar adalah level kinerja (performance) yang diinginkan dan dapat dicapai dimana kenerja aktual dapat dibandingkan. Ia memberikan petunjuk kinerja mana yang tidak cocok atau tidak dapat diterima. Standar praktek keperawatan adalah pernyataan tentang apa yang dibutuhkan oleh (RN) untuk dijalankan sebagai profesional keperawatan. Secara umum, standar ini mencerminkan nilai profesi keperawatan dan memperjelas apa yang diharapkan profesi keperawatan dari para anggotanya.
Standar adalah nilai atau acuan yang menentukan level praktek terhadap staf atau suatu kondisi pada pasien atau sistem yang telah ditetapkan untuk dapat diterima sampai Pada wewenang tertentu (schroeder, 1991). Ada beberapa komponen dari definisi ini. Sebuah standar harus tertulis dan harus mencerminkan sistem nilai yang konsisten dan digambarkan secara jelas. Sebuah standar secara komprensif menguraikan sema aspek profesionalisme, termasuk sistem, praktisi, dan pasien. Standar harus jelas, ringkas, non ambigu dalam penfsirannya, dan tepat dalam
mengarahkan. Sebuah standar harus dilegiminasi melalui proses autorisasi yang tepat oleh staf, hierarki keperawatan, staf medis, dan kepala departemen, dan stuktur komite.
Mengapa harus ada stanadar?
Standar diperlukan untuk meningkatkan, menuntun, dan mengarahkan praktek keperawatan profesional. Praktek keperawatan didefinisikan sebagai “kinerja dari pelayanan kesehatan yang memerlukan penerapan pengetahuan dan ketrampilan keperawatan profesional yang meliputi:
1. meningkatkan, mempertahankan, dan mengembalikan kesehatan publik
2. mengajarkan tiori atau praktek keperawatan
3. melakukan konseling terhadap pasien dalam rangka perawatan kesehatan
4. mengkoordinasikan pelayanan kesehatan
5. terbitan dalam administrasi,edukasi,konsultasi, pengajaran atau penelitian
Tujuan penting lainnya mencakup proteksi terhadap publik, pengaturan praktek perawat, pemberian ijin institusi pendidikan keperawatan, pembuatan pedoman administratif,menafsirkan harapan publik dan profesional pelayanan kesehatan lainnya terhadap praktek perawat dan acuan ledal untuk praktek yang layak.
Filosofi dan prinsip yang mendasari standar
Kita sebagai perawat percaya bahwa;
• pengetahuan (knowedge) yang digunakan untuk menuntun praktek keperawatan adalah berasal dari penelitian kualitatif dan kuantitatif dan dan pengalaman dari perawat.
• kesehatan adalah sejauh mana indifidu atau kelompok dapat menyadari aspirasi, memenuhi kebutuhan, dan mengubah atau menyesuaikan dari terhadap lingkungan.Kesehatan merupakan dari kehidupan keseharian manusia, bukan hanya sebagai objek kehidupan.
• Pelayanan kesehatan mempunyai arti nlebih dari sekedar melakukan intervensi bila seorang sakit, tetapi mencengah terjadinya sakit dan meningkatkan derajad kesehatan, mencapai kesehatan untuk semua.
• Promosi kesehatan adalah proses memberdayakan individu untuk meningkatkan kendali atas dirinya dan meningkatkan derajat kesehatan mereka sendiri.
• Hubungan terapeutik yang terjalin antara perawat dan klien yang menerima pelayan keperawatan didasarkan pada kesadaran bahwa individu mampu mengambil keputusan atas hidup mereka sendiri oleh karena itu merupakan mitra dalam proses pengambilan keputusan.
• Caling,melekat dalam hubungan terapeutik perawat klien, dibangun atas dasar saling percaya (trust), respek, intimasi dan kebutuhan untuk
memahami dan bertindak sesuai masalah yang dirasakan oleh pasien.
Dasar Pembuatan Standar
Standar praktek keperawatan dilandasi oleh sifat suatuperfesi yaitu:

1. Profesional bertanggung jawab dan bertanggung gugat kepada publik terhadap kerja mereka
2. praktek profesional di dasarkan atas bodi of knowlidge yang spesifik
3. profesional yang konpeten menerapkan pengetahuannya
4. profesional terikat oleh kode etik
5. sebuah profesi menyediakan pelayanan kepada publik
6. sebuah profesi mengatur dirinya sendiri

Tipe Standar Keperawatan
Dua katagori standar keperawatan yang diterima secara luas adalah standar asuhan (standar of care) atau pertanyaan yang menguraikan level asuhan yang akan diterima oleh pasien,dan standar praktek. (standar of praktice) atau harapan terhadap kinerja perawat dalam memberikan standar asuhan . Aktifitas pemantaan dan evaluasi memastikan bahwa level perawatan pasiena dan kinerja perawat telah dicapai dengan baik. Dua macam kinerja ini di rancang untuk mendukung perawat dalam praktek sehari-hari dengan menyediakan suatu sruktur untuk praktek tersebut dan untuk membantu perawat dalam mengidentifikasi kontribusi keperawatan dalam perawatan pasien.
1. Standar praktek
Standar praktek meliputi kebijakan(police), uraian tugas(job deskription), dan standar kinerja (performance standar). Ia menuntun perawat dalam melaksanakan perawatan pasien. Ia juga menetapkan level kinerja yang perlu diperlihatkan oleh perawat untuk memastikan bahwa standar asuhan akan dicapai dan dan menggambarkan definisi institusi tantang apa yang dapat dilakukan oleh perawat. Kebijakan menetapkan sumber-sumber atau kondisi yang harus tersedia untuk menfasilitasi pemberian asuhan.
Uraian tugas mencerminkan konpetensi, pendidikan, dan pengalaman yang di perlukan bagi semua staf yang memiliki peran atau posisi sebagai perawat. Sedangkan standar kinerja diturunkan dari uraian tugas dan menyediakan ukuran untuk mengevaluasi level perilaku perawat yang didasarkan atas pengetahuan, ketrampilan, dan pencapaan aktifitas kemajuan profesional.
2. Standar Asuhan
Satandar asuhan meliputi prosedur, standar asuahan genetik, dan rencana asuhan (care plans). Mereka merupakan alat untuk memastikan perawatan fasien yang aman dan memastikan hasil yang berasal dari fasien ini. Prosedur adalah urain tahap pertahap tentang bagaimana melakukan keterampilan spikomotor dan bersifat orientasi tugas. Protokol meliputi lima kategori utama: manajemen pasien dengan peralatan invasi, manajemen pasien dengan peralan non invatif; manajemen status psiologis dan psikologis; dan diagnosa keparawatan tertentu. Standar asuhan generik menguraikan harapan asuhan minimal yang disediakan bagi semua pasien diamanapun pasien dirawat. Rencana asuhan dibuat dan biasanya mempunyai hubungan dengan diagnosa medis pasien dan diagnosa keparawatan pasien.
Standar Struktur – Proses – Hasil
Standar dapat dibuat untuk meniali asuhan menurut banyak pendekatan.
Pendekatan yang paling umumm didasarkan pada struktur, hasil dan proses.

Organisasi atau struktur keperawatan biasanya dievaluasi menurut standar struktur, aktifitas atau pemberian asuhan dievaluasi dengan standar proses, dan status pasien dievaluasi dengan standar hasil. Tetapi ketika tipe standar ini saling terkaitan dan dapat digunakan untuk mengevaluasi berbagai aspek dalam pelayanan keperawatan.
Standar meliputi “ Set-up” dari sebuah instansi. Filosopi, tujuan dan sasaran, struktur organisasi, fasilitas dan perawatan, dan kualifikasi pegawai adalah beberapa komponene dari struktur organisasi. Standar proses mncakup aktivitas yang terakit dengan pemberian perawatan pada pasein. Standar ini mengukur tindakan perawatan. Standar hasil mengukur perubahan status kesehatan pasien.
Pernyataan standar sifatnya luas, mencakup berbagai setting praktek. Pernyataan ini diantaranya adalah :
• Tanggung jawab dan tanggung gugat : mempertahankan standar praktek keperawatan dan prilaku profesional yang ditentukan oleh organisasai propesi dan instansi kerja.
• Specialized body of know ledge : praktek didaskan atas ilmu keperawatan (Nursing scince) dan ilmu lainnya.
• Aplikasi pengetahuan yang kompeten : menetukan staus klien yang berespon terhadapa masalah kesehatan yang aktual atau fotensial, merencanakan intervensi, melaksanakan intervensi yang telah direncanakan dan mengevaluasi hasil (outcomes) yang dicapai klien.
• Kode etik : memenuhi standar etik dari profesi keperawatan.
• Memberikan pelayanan kepada publik : memberikan pelayan keperawatan dan berkolaborasi dengan anggota tim pelayanan kesehatan lainnya dalam memeberikan pelayanan kesehatan.
• Self-regulation : memegang tanggung jawab primer untuk
mempertahankan kompetensi, kesesuain praktek, dan mendapatkan pengetahuan dan keterampilan untuk praktek keeperawatan profesional.

KESIMPULAN
Praktek keperawatan profesional harus terwujud dalam tatanan praktek yang nyata yaitu pemberian asuhan secara langsung kepada pasien, keluarga,kelompok ataupun komonitas. Untuk menjamin mutu asuhan yang di berikan diperlukan suatu ukuran untuk mengevaluasikannya. Uraian ini adalah suatu standar. Standar keperawatan dapat dibedakan atas dua jenis yaitu standar asuhan dan standar praktek.
Profesi keperawatan harus mulai menata diri dengan membuat standar untuk berbagai keperluan seperti pelayanan, pendidikan, dan penelitian. Pelayanan keperawatan akan diterima dan dipercaya oleh komsumen bila mutu pelayananya terjamin melalui standar yang baku dan selalu ditinggkatkan dari waktu-ke waktu.

DAFTAR KEPUSTAKAAN
Bachman, J.P.dan Malloch, L.M. (1998). Developing a Common Nursing Practice Model. Nursing Management. 2 (5): 26-27
Jernigan, D.K dan Young, A.P. (1983). Standars Job Descriptions, and Performance Evaluations for Nursing Practice. Connecticut: Prentice Hall.
Marquis, B.L. dan Huston, C. J. 1996. Leadership Role and Managemens Functions in Nursing. Philadelphia: J.B. Lippicott Comp.
Meisenheimer, C.G. (1992). Inproving Quality: a Guide to Effective Program: Maryland: Aspen Publication.
Schroeder, P. (1991). Approacher to Nursing Standars. Maryland: Aspen publisher.

Temukan lebih banyak lagi tentang Standar Asuhan Keperawatan disini


Lebih lengkap disini: Standar Asuhan Keperawatan | kumpulan askep askeb | download KTI Skripsi | asuhan keperawatan kebidanan
http://terselubung.cz.cc/

LAPORAN TENTANG NYERI DAN RELAKSASI DISTRAKSI

LAPORAN TENTANG NYERI DAN
RELAKSASI DISTRAKSI











Disusun oleh :
1) Indra Hermawan ( A1 1000608 )
2) Juni Prayitno ( A1 1000575 )





PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2010
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada perkembangan dewasa ini, ilmu pengetahuan dan teknologi telah meningkat pesat. Kemajuan dibidang teknologi membawa manfaat yang besar bagi manusia. Penambahan jalan raya dan penggunaan kendaraan bermotor yang tidak seimbang menyebabkan jumlah korban kecelakaan lalu lintas meningkat, tetapi peningkatan jumlah tertinggi lebih banyak terjadi di negara berkembang. Tingginya angka kecelakaan menyebabkan angka kejadian fraktur semakin tinggi, dan salah satu kondisi fraktur yang paling sering terjadi adalah fraktur , yang termasuk dalam kelompok tiga besar kasus fraktur yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas dan harus menjalani pembedahan dengan konsekuensi didapatkan efek nyeri setelah operasi
Dengan semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi. Tak luput juga kemajuan ilmu dibidang kesehatan dan semakin canggihnya teknologi banyak pula ditemukan berbagai macam teori baru, penyakit baru dan bagaimana pengobatannya. Manajemen nyeri merupakan salah satu cara yang digunakan dibidang kesehatan untuk mengatasi nyeri yang dialami oleh pasien. Pemberian analgesik biasanya dilakukan untuk mengurangi nyeri. Teknik relaksasi merupakan salah satu metode manajemen nyeri non farmakologi dalam strategi penanggulangan nyeri, disamping metode TENS (Transcutaneons Electric Nerve Stimulation), biofeedack, plasebo dan distraksi. Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan stress, karena dapat mengubah 2 persepsi kognitif dan motivasi afektif pasien. Teknik relaksasi membuat pasien dapat mengontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri, stress fisik dan emosi pada nyeri (Potter & Perry, 2005).
Pemberian analgesik dan pemberian narkotik untuk menghilangkan nyeri tidak terlalu dianjurkan karena dapat mengaburkan diagnosa (Sjamsuhidajat, 2005). Perawat berperan dalam mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan pasien dan membantu serta menolong pasien dalam memenuhi kebutuhan tersebut termasuk dalam manejemen nyeri (Lawrence, 2002). Secara garis besar ada dua manajemen untuk mengatasi nyeri yaitu manajemen farmakologi dan manajemen non farmakologi.
Manajemen nyeri dengan melakukan teknik 3 relaksasi merupakan tindakan eksternal yang mempengaruhi respon internal individu terhadap nyeri. Manajemen nyeri dengan tindakan relaksasi mencakup latihan pernafasan diafragma, teknik relaksasi progresif, guided imagery, dan meditasi, beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa relaksasi nafas dalam sangat efektif dalam menurunkan nyeri pasca operasi (Brunner & Suddart, 2001).

BAB II
METODOLOGI

Metodologi adalah cara yang digunakan dalam pengumpulan data-data yang bersifat objektif dari berbagai sumber. Mencantumkan beberapa variable yang berhubungan dengan permasalahan yang kita bahas. Dimana permasalahan tersebut sedang dicari penyelesaianya. Dalam penyusunan laporan ilmiahn ini, kami menggunakan metode sebagai berikut :
1. Metode telaah internet
Metode internet adalah metode yang digunakan dalam mengumpulkan data atau informasi yang dilakukan dengan browsing dan searching.
Alamat alamat yang kami gunakan adalah sebagagi berikut :
a. http://www.trinoval.web.id/2010/04/nyeri-post-operasi.html (Nyeri post Operasi)
b. http://proquest.umi.com/pqdweb?did=1892070471&sid=1&Fmt=6&clientId=120702&RQT=309&VName=PQD



BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengertian Nyeri
Menurut The International Association For the Study of Pain (IASP).
Nyeri didefinisikan sebagai pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan atau potensial sehingga akan menyebabkan kerusakan jaringan. Persepsi yang disebabkan oleh rangsangan yang potensial dapat menimbulkan kerusakan jaringan yang disebut nosisepsion. Nosisepsion merupakan langkah awal proses nyeri. Respon neurologik yang dapat membedakan antara rangsang nyeri dengan rangsang lain disebut nosiseptor. Nyeri dapat mengakibatkan impairment dan disabilitas. Impairment adalah abnormalitas atau hilangnya struktur atau fungsi anatomik, fisiologik maupun psikologik. Sedangkan disabilitas adalah hasil dari impairment, yaitu keterbatasan atau gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas yang normal. (Sudoyo, 2006)
B. Faktor yang Memengaruhi Nyeri
Pengalaman nyeri pada seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya adalah:
1. Arti nyeri
bagi seserang memiliki banyak perbedaan dan hampir sebagian arti nyeri merupakan arti yang negatif, sepc:rti membahayakan, merusak, dan lain-lain. Keadaan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti usia, jenis kelamin, latar belakang sosial kultural, lingkungan; dan pengalaman.
2. Persepsi Nyeri
Persepsi nyeri merupakan penilaian sangat subyektif tempatnya pada korteks (pada fungsi evaluatif kognitio. Yersepsi ini dipengaruhi oleh faktor yang dapat memicu stimulasi nociceptor.
3. Toleransi Nyeri
Toleransi ini erat hubungannya dengan adanya intensitas nyeri yang dapat memengaruhi seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat memengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara lain alkohol, obat-obatan, hipnosis, gesekan atau garukan, pengalihan perhatian, kepercayaan yang kuat dan scbagianya. Sedangkan faktor yang menurunkan tolcransi antara lain kelelahan, rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang tiidak kunjung hilang, sakit, dan lain-lain.
4. Reaksi terhadap Nyeri
Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respons seseorang terhadap nyeri, seperti ketakutan, gelisah, cemas, menangis, dan menjerit. Semua ini merupakan bentuk recspons nyeri yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti: arti nyeri, tingkat persepsi nyeri, pengalaman masa lalu, nilai budaya, harapan sosial, kesehatan fisik dan mental, takut, cemas, usia dan lain-lain.
5. Skala Nyeri
Reaksi yang dialami oleh pasien mempunyai ukuran tersendiri dari 0-10 dengan tingkatan sebagai berikut :
a. Skala Normal
b. Skala ringan
c. Skala sedang
d. Skala berat
Menurut smeltzer, S.C bare B.G (2002) adalah sebagai berikut :
1) skala intensitas nyeri
deskritif
2) Skala identitas nyeri numerik


3) Skala analog visual

4) Skala nyeri menurut bourbanis



C. PENANGANAN NYERI
1. MANEJEMEN NYERI NON FARMAKOLOGIK
a. Dengan perilaku kognitif
Relaksasi
Relaksasi merupakan metode yang efektif terutama pada pasien yang mengalami nyeri kronis. Latihan pernafasan dan teknik relaksasi menurunkan konsumsi oksigen, frekuensi pernafasan, frekuensi jantung, dan ketegangan otot, yang menghentikan siklus nyeri-ansietas-ketegangan otot (McCaffery, 1989).


Ada tiga hal utama yang diperlukan dalam relaksasi, yaitu : posisi yang tepat, pikiran beristirahat, lingkungan yang tenang. Posisi pasien diatur senyaman mungkin dengan semua bagian tubuh disokong (misal; bantal menyokong leher),
Pasien menarik napas dalam dan mengisi paru-paru dengan udara Perlahan-lahan udara dihembuskan sambil membiarkan tubuh menjadi kendor dan merasakan dan merasakan betapa nyaman hal tersebut. Pasien bernapas beberapa kali dengan irama normal
Pasien menarik napas dalam lagi dan menghembuskan pelan-pelan dan membiarkan hanya kaki dan telapak kaki yang kendor. Perawat minta pasien untuk mengkonsentrasikan pikiran pasien pada kakinya yang terasa ringan dan hangat
Pasien mengulang langkah ke-4 dan mengkonsentrasikan pikiran pada lengan perut, punggung dan kelompok otot-otot yang lain. Setelah pasien merasa rileks, pasien dianjurkan bernapas secara pelan-pelan. Bila nyeri menjadi hebat, pasien dapat bernapas dangkal dan cepat.
Teknik relaksasi terutama efektif untuk nyeri kronik dan memberikan beberapa keuntungan, antara lain :
1. Relaksasi akan menurunkan ansietas yang berhubungan dengan nyeri atau stress
2. Menurunkan nyeri otot
3. Menolong individu untuk melupakan nyeri
4. Meningkatkan periode istirahat dan tidur
5. Meningkatkan keefektifan terapi nyeri lain
6. Menurunkan perasaan tak berdaya dan depresi yang timbul akibat nyeri


Distraksi
Tehnik distraksi adalah pengalihan dari fokus perhatian terhadap nyeri ke stimulus yang lain. Tehnik distraksi dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori bahwa aktivasi retikuler menghambat stimulus nyeri. jika seseorang menerima input sensori yang berlebihan dapat menyebabkan terhambatnya impuls nyeri ke otak (nyeri berkurang atau tidak dirasakan oleh klien),. Stimulus yang menyenangkan dari luar juga dapat merangsang sekresi endorfin, sehingga stimulus nyeri yang dirasakan oleh klien menjadi berkurang. Peredaan nyeri secara umum berhubungan langsung dengan partisipasi aktif individu, banyaknya modalitas sensori yang digunakan dan minat individu dalam stimulasi, oleh karena itu, stimulasi penglihatan, pendengaran dan sentuhan mungkin akan lebih efektif dalam menurunkan nyeri dibanding stimulasi satu indera saja (Tamsuri, 2007)
Jenis-jenis distraksi:
1. Distraksi visual
Melihat pertandingan, menonton televisi, membaca koran, melihat pemandangan dan gambar termasuk distraksi visua
2. Distraksi pendengaran
Diantaranya mendengarkan musik yang disukai atau suara burung serta gemercik air, individu dianjurkan untuk memilih musik yang disukai dan musik tenang seperti musik klasik, dan diminta untuk berkosentrasi pada lirik dan irama lagu. Klien juga diperbolehkan untuk menggerakkan tubuh mengikuti irama lagu seperti bergoyang, mengetukkan jari atau kaki. (Tamsuri, 2007).


3. Distraksi pernafasan
Bernafas ritmik, anjurkan klien untuk memandang fokus pada satu objek atau memejamkan mata dan melakukan inhalasi perlahan melalui hidung dengan hitungan satu sampai empat dan kemudian menghembuskan nafas melalui mulut secara perlahan dengan menghitung satu sampai empat (dalam hati). Anjurkan klien untuk berkosentrasi pada sensasi pernafasan dan terhadap gambar yang memberi ketenangan, lanjutkan tehnik ini hingga terbentuk pola pernafasan ritmik.Bernafas ritmik dan massase, instruksi kan klien untuk melakukan pernafasan ritmik dan pada saat yang bersamaan lakukan massase pada bagaian tubuh yang mengalami nyeri dengan melakukan pijatan atau gerakan memutar di area nyeri. Distraksi intelektualAntara lain dengan mengisi teka-teki silang, bermain kartu, melakukan kegemaran (di tempat tidur) seperti mengumpulkan perangko, menulis cerita.



BAB IV
PENUTUP


A. PENUTUP
Demikianlah laporan yang kami buat, tentunya dalam penulisan laporan ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, maka dari itu kami mohon kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga laporan ilmiah ini dapat berguna dan barmanfaat untuk semua orang. Terima kasih.


DAFTAR PUSTAKA

-----. 2010. Nyeri Post Operasi.
< http://www.trinoval.web.id/2010/04/nyeri-post-operasi.html> ( diakses tanggal 14 Januari 2011 pukul 15.30 wib ).

-----. 2010. Agroforestry Systems.
( diakses tanggal 15 Januari 2011 pukul 10.30 wib ).